Senin, 07 Maret 2011

ISTIKHARAH CINTA

Semuanya berawal dari kedua mata     
Ketika aku hanya berani mencuri pandang
Wajahmu disana
Dengan pakaian rapat tak kau biarkan auratmu
Terbuka
Karena memang tak selayaknya bisa dipandang
Oleh sembarang mata
Kumulai beranikan diri tuk bertanya
Tuk selanjutnya berbagi cerita
Telah kukatakan kepadamu sejak awal semenjak awal mula
Bahwa aku adalah lelaki ibuku sepanjang masa
Sebagai wujud bakti sebagaimana rasul telah bersabda
“Ibumu”Ibumu”ibumu” begitulah dalam sebuah
 Hadits yang pernah kubaca
“lalu ayahmu!” sebagai kelanjutan ucapan dari
Lidah yang mulia
Sebuah jawaban darimu membuatku begitu lega
Kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang
Berbakti dari pada yang durhaka
Kau berkata lebih baik memiliki suami yang
Dermawan dari pada yang bakhil harta
Dan kaupun berharap bahwa pendampingmu kelak
bisa membuatmu bahagia
kau pernah berkata ingin segera menikah sebagai
suatu rencana
bila kelah Allah mempertemukanmu dengan jodoh
pilihan-Nya
 agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian
 niatmu dalam mewujudkan berbagai cita
 serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan
 ujian datang menerpa
 karena akan ada seseorang yang insya Allah akan
 mendampingi senantiasa
 namun yang harus kau tahu adalah bahwa aku
l elaki biasa
 segala kelebihan dan kelemahan pasti kupunya
 senanglah hati ketika mengetahui dirimu rutin
 dalam sebuah tarbiyah
 tidak seperti aku yang hanya pernah masuk
 madrasah
 mulai, ibtidaiyah, tsanawiyah namun tidak lanjut
 ke aliyah
 namun sekarang aku telah lulus kuliah
 saat ini akupun memiliki ma’isyah
 teman-temanku berkata, bahwa sudah waktunya
 bagiku mencari ‘Aisyah
 mungkin dengan simpanan yang ada cukuplah
 untuk sebuah walimah
 tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah
 dan akupun belum sanggup untuk
 menyediakanmu sebuah rumah
 karena itu kuberpikir untuk mengontrak dulu
 sajalah
 suatu ketika ketika kau bertanya tentang poligami
 kujawab bahwa itu adalah ketentuan ilahi
 tentu saja aku menyetujui
 lantas kau bertanya  apakah kau akan
 melakukan suatu saat nanti
 kujawab apa mungkin bila adil sebagai syarat
 utama tak mampu kumiliki
 engkau tersenyum kemulut atau mungkin sampai
 kehati
 sambil mengakui bahwa dirimu belum bisa
 menerima bila hal ituterjadi
 dan dirimu juga tak bisa menyamai saudah binti
 zam’ah istri sang nabi
 yang tulus ikhlas kepada ‘aisyah dalam berbagi
 suatu ketika giliranku aku bertanya tentang
 kemampuan bertilawah
 kau menjawab bisa walau tak mau dibandingkan
 dengan para qoriah
 karena kau merasa masih banyak berbuat salah
 dalam mengucap hukum tajwid dan huruf-huruf
 hijaiyah
 Insya Allah kita akan belajar bersama-sama belajar bila
 kelak kita menikah
 untuk mewujudkan keinginanmu agar bisa
 menerangi setiap ruang rumah
 dengan alunan suara al-qur’an yang merupakan
 ayat-ayat qauliyah
 dari situ mungkin kita bisa membaca ayat-ayat
kauniyah
untuk memastikan keyakinanmu untuk menikah
kaupun mengundangku ketempat temanmu
seorang murabbiyah
dan tak lupa kau undang aku tuk datang kerumah
sebagai awal perkenalan dengan bunda dan ayah
dan sebuah titik temu tercapailah
istikharah mencari jawaban tuk menggapai alhub
fillah wa lillah
dalam doa kubersimpuh pasrah
memohon datangnya jawaban kepada sang
Pemberi Hidayah
bila jawaban itu masih menggantung dilangit,
maka turunkanlah
bila jawaban itu masih terpendam di perut bumi,
maka keluarkannlah
bila jawaban itu sulit kuraih, maka mudahkanlah
bila jawaban itu masih jauh,maka dekatkanlah

teruntuk calon istriku
terimah kasih atas sebuah ta’aruf yang  indah
bila datang jawaban itu, kumohon agar memanggilku
denga sebuatan” abang”

Sumber : Istikharah Cinta